Mengenal Post Power Syndrome dan Cara Mengatasinya


Masalah mental tidak diremehkan, bahkan post power syndrome pun tidak. Penurunan aktivitas yang tiba-tiba, ditambah dengan kurangnya otoritas seperti sebelumnya, cenderung membuat orang merasakan kondisi ini. Post power syndrome sering terjadi ketika karier memudar atau usia mengharuskan seseorang untuk pensiun. Oleh karena itu, sindrom ini sering dialami oleh mereka yang sebelumnya pernah bekerja aktif atau menduduki jabatan tinggi di perusahaannya.

Apa itu Sindrom Postpower?

Postpower syndrome atau sindrom pasca kekuatan adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak hidup atau belum dapat menerima hilangnya kekuasaan yang pernah dimilikinya, seperti jabatan dalam suatu pekerjaan. Oleh karena itu, gangguan jiwa ini sering dialami oleh orang yang memasuki masa pensiun atau memasuki masa pensiun.

Sebagian besar waktu, orang dengan sindrom pasca regangan aktif dan memiliki dampak yang signifikan saat masih bekerja. Tak heran, peralihan dari bekerja ke tidak bekerja membuat mereka merasa tidak nyaman.

Selain aktivitas dan hilangnya kekuatan, sejumlah aspek lain juga berperan dalam timbulnya kondisi ini, yang disebut sindrom pensiun, seperti hubungan sosial dengan kekayaan.

Penyebab sindrom postpower

Sindroma pensiun bisa dialami oleh siapa saja, namun lansia (lansia) adalah kelompok yang paling rentan. Hal ini karena mereka tidak aktif seperti dulu karena mereka sudah pensiun.

Penyebab post power syndrome pada lansia biasanya karena lansia memiliki kedudukan yang tinggi atau pengaruh penting dalam masyarakat selama bekerja. Selain itu, sindrom ini paling sering terjadi pada orang tua yang aktif, sering workaholic, haus akan pengakuan, ingin dihormati, ingin keinginannya terpenuhi dan suka memimpin orang lain.

Anggapan bahwa usia tua adalah sesuatu yang menakutkan juga bisa menyebabkan lansia mengalami post power syndrome ini.

Bagaimana cara menghadapi orang dengan syndrome ini?

Satu hal yang pasti ketika berhadapan dengan orang dengan syndrome ini, jangan biarkan mereka sendirian. Sekedar contoh sederhana, kondisi yang semula bisa menyuruh siapa saja melakukan apa yang diminta, menjadi tidak ada yang bisa disuruh. Ketika orang biasa bertemu dengannya di kantor dan mengangguk dengan hormat, itu tiba-tiba berhenti terjadi.

Pendekatan yang bisa dilakukan untuk merangkul pengidap postpower syndrome tentunya berbeda satu sama lain. Orang-orang terdekat seperti keluarga inti, saudara atau teman tentu tahu apa yang perlu dilakukan dari waktu ke waktu.